Thursday, September 3, 2009

Surat Cinta Untuk Andi

ikon-suratcinta

Dearest Andi,

Aku tak tahu harus mulai dari mana. Aku bingung sekali untuk menyampaikannya kepadamu. Aku takut Kamu justru akan menjadi marah kepadaku. Tapi Andi, aku tetap harus menyampaikan hal itu kepadamu.

Andi, jujur saja aku tertarik kepadamu. Setiap kali aku melihatmu melewati kelasku, aku selalu melirik ke pintu kelas. Hatiku selalu berdebar-debar saat melihatmu lewat dengan langkahmu yang panjang dan tegas itu. Bahkan, aku selalu saja tidak dapat mengatasi perasaan resahku setiap kali aku menunggu di dalam kelas, berharap-harap agar Kamu lewat.

Andi, aku ingin berkenalan denganmu lebih dekat lagi. Aku tak tahu apakah Kamu akan menyambut perkenalan ini. Andi, aku benar-benar tertarik denganmu. Mudah-mudahan Kamu dapat mengerti perasaanku. Sebelumnya, maafkan aku Andi, karena aku telah berani mendahului mengirim surat kepadamu.

Kutunggu balasanmu, Andi. Semoga Kamu memberi senyum yang manis kepadaku besok saat Kamu lewat di depan kelasku.

Dariku,

Esther

Wednesday, September 2, 2009

Surat Cinta Untuk Marshanda

Marshanda yang cantik,

Sebagai orang yang diam-diam mencintaimu aku ikut prihatin atas keadaan dirimu akhir-akhir ini, terutama saat videomu beredar di Youtube. Marshanda, aku tidak dapat berkata apa-apa selain berdoa agar perasaanmu segera damai kembali.

Marshanda, apabila aku tidak diam-diam mencintaimu, ingin rasanya aku menjadi curahan hatimu. Menjadi curahan perasaanmu untuk mengungkapkan beban-benan yang tak dapat Kamu bagi dengan yang lainnya. Sayangnya Marshanda, aku hanya dapat mencintaimu dari jauh saja.

Namun Marshanda, karena diriku tak bisa menjadi kawan curhatmu, carilah seorang sahabat, Marshanda. Sahabat yang sebenarnya. Sahabat adalah orang yang akan ada di saat sukamu dan yang akan selalu ada di saat dukamu. Sahabat bukan teman di kala gembira saja melainkan di saat Kamu sedang lara maka ia justru akan ada di dekatmu. Ia akan membantumu mengurangi dukamu walaupun mungkin ia hanya akan dapat mendengarkan saja keluh kesah atau ceritamu.

Marshanda, aku dengan Kamu telah baikan kini. Jagalah dirimu baik-baik. Dekatkanlah dirimu kepada Yang Kuasa. Perteballah iman di dadamu dan perkuatlah sabarmu. Jadilah diri sendiri Marshanda. Kuatkan kepribadianmu seperti batu karang yang tak goyah dihempas karang. Sejukkan kepribadianmu seperti angin sepoi yang menyapa dedaunan. Segarkan kepribadianmu seperti air yang menghapus dahaga mereka yang kehausan. Janganlah setiap masalah Kamu timbun dalam perasaan. Biarkan yang tidak penting dan tidak bermanfaat itu berlalu tanpa membebani pikiran.

Marshanda, aku akan selalu mencintaimu apa adanya. Aku tak mengharapkan balasan perasaanmu. Bagiku, mencintai itu berarti memberi. Aku memberikan cintaku tulus kepadamu dan tak meminta yang sama darimu. Dengan mencintai dan melihatmu bahagia, aku pun ikut bahagia. Namun, apabila melihatmu menderita, aku pun sengsara. Karena itu Marshanda, usahakan agar dirimu selalu bahagia agar aku pun dapat ikut bahagia.

Rasanya sudah cukup ungkapan sayangku kali ini Marshanda. Semoga Kamu selalu sehat dan selalu bahagia.

Sari yang mencintaimu

Seseorang di luar sana

Tuesday, September 1, 2009

Surat Cinta Untuk Eva Julianti

eva julianti

Dear Eva Julianti,

Sejak memirsa kemunculan pertamamu di MetroTV, aku langsung jatuh hati padamu. Betapa tidak? Wajahmu mengingatkanku pada wajah yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi tiada akhirku. Seperti dejavu rasanya ketika aku menyaksikan Metro Realitas dan bukan suara Rachma Sarita yang kukenal selama ini yang mengantarkan acara. Ketika aku perhatikan, aku sangat terkejut. Kau adalah bayangan yang selama ini mengganggu tidurku.

Bagaimana mungkin Engkau bisa hadir dalam mimpi-mimpiku sedang aku tidak pernah bertemu denganmu?

Oh Eva Julianti, aku rasa Tuhan telah memberi jalan kepadaku melalui MetroTV. Wajah ayu yang selama ini hadir dalam mimpiku kuanggap sebagai bunga tidur biasa, bukan bunga tidur yang memiliki pesan ilahi. Nyatanya, sosk dalam mimpiku itu ada di dunia nyata dan itu adalah Engkau Eva!

Selama ini aku selalu gelisah. Walaupun hanya hadir dalam impian, aku sudah mulai mencintaimu. Dalam mimpi-mimpiku Kau tidak menggodaku. Wajahmu pun tidak mencerminkan bahwa Kau adalah wanita penggoda. Namun, justru karena itulah aku jatuh cinta padamu. Kau begitu anggun.

Aku ingat ketika dalam sebuah mimpiku Kau mengenakan gaun berwarna putih seperti yang pernah dikenakan mamaku waktu menkah dengan papa. Kau kelihatan berseri-seri. Wajahmu bercahaya laksana bidadari surga. Kau tampak lebih cantik dari mamaku waktu menikah yang fotonya selalu lekat kupandangi. Foto itu ada di ruang tamu rumah papa-mamaku.

Eva, maafkan aku apabila langsung mengatakan cintaku padamu. Aku tidak pernah menyatakan cinta sebelum ini sehingga aku tidak tahu bagaimana harus menyatakannya keculai mengatakannya langsung kepadamu melalui surat ini.

Aku berharap kita dapat bertemu supaya Kau bisa menangkap getar-getar kemurnian cintaku padamu.

Eva, ijinkan aku untuk menemuimu. Kali ini bukan di dalam mimpi melainkan di dunia nyata. Aku mencintaimu.

Salam.